Deskripsi Singkat

Krisis energi berbasis bahan bakar fosil telah menjadi masalah karena ketersediaannya sangat terbatas disamping menyebabkan pemanasan global. Salah satu upaya penggunaan bahan bakar alternatif yang terbaharukan dan ramah lingkungan, diantaranya biodiesel melalui pengembangan biosolar B50. Indonesia saat ini telah memproduksi B30 yang mampu menghemat devisa Negara mencapai 63,4 trilliun/tahun, dan diprediksi pengembangan B50 dapat menghemat devisa hingga 99,7 trilliun/tahun. Peningkatan produksi biodiesel di Indonesia juga telah menciptakan pasar utama untuk produksi sodium metilat, sebagai katalisator dalam transesterifikasi minyak nabati. Akan tetapi, meskipun peluang pasar cukup besar, namun belum ada pabrik yang memproduksi sodium metilat. Produsen biodiesel untuk memenuhi kebutuhan katalisnya pada tahun 2020 masih dilakukan melalui jalur impor sebesar 75.348,33 MT atau setara dengan 3,1 trilliun. Produksi biodiesel ini juga menghasilkan produk samping berupa gliserol yang bisa ditingkatkan nilai tambahnya menjadi bioaditif triasetin. Oleh karenanya, pengembangan biodiesel dan bioavtur secara terintegrasi dan sinergis dengan menerapkan mini plant sistem high eficient biosolar B50 high grade melalui pengembangan katalis sodium metilat dan bioaditif triasetin.

Keunggulan

Keunggulan produk biodiesel yang diimplementasikan menjadi biosolar B50 dapat menghemat devisa negara hingga 99,7 trilliun/tahun dan ramah lingkungan. Keunggulan bioavtur dari minyak goreng bekas menggunakan proses ozonolisis nano gelembung dengan pengendalian nano aerasi melalui energi ultrasonic pada power supply 50-100 W dengan karakterisasi bioavtur sesuai spesifikikasi ASTM 1655.

Potensi Produk

Sangat berpotensi untuk komersialisasi